Kamis, 20 Juni 2013

Makalah Pendekatan Konstruktivisme



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda konkret.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.
Maka dari permasalahan tersebut, pemakalah tertarik melakukan penelitian konsep untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalahnya yaitu:
1.      Apa pengertian dari pendekatan konstruktivisme?
2.      Apa prinsip-prinsip dari pembelajaran konstruktivisme?
3.      Apa ciri-ciri dari pendekatan konstruktivisme?
4.      Apa saja model-model konstruktivisme?
5.      Apa saja metode-metode pembelajaran konstruktivisme?
6.      Apa saja media pembelajaran konstruktivisme?
7.      Apa saja kompetensi yang dikembangkan dalam pembelajaran konstruktivisme?
8.      Bagaimana strategi pembelajaran konstruktivisme?
9.      Bagaimana evaluasi pembelajaran konstruktivisme?
10.  Apa saja kekurangan dan kelebihan pembelajaran konstruktivisme?

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisannnya yaitu:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan konstruktivisme.
2.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari pembelajaran konstruktivisme.
3.      Untuk mengetahui ciri-ciri dari pendekatan konstruktivisme.
4.      Untuk mengetahui dimensi-dimensi pembelajaran konstruktivisme.
5.      Untuk mengetahui model-model pembelajaran konstruktivisme.
6.      Untuk mengetahui media pembelajaran konstruktivisme.
7.      Untuk mengetahui kompetensi yang dikembangkan dalam pembelajaran konstruktivisme.
8.      Untuk mengetahui strategi pembelajaran konstruktivisme.
9.      Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran konstruktivisme.
10.  Untukmengetahui kekurangan dan kelebihan pembelajaran konstruktivisme.

D.    Manfaaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan berguna sebagai suatu pembelajaran yang berarti bagi semua pihak khususnya bagi pendidik, peserta didik, dan calon pendidik. Adapun penjelasannya dalah sebagai berikut:
1.      Bagi pendidik, di harapkan mampu menerapkan pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran semaksimal mungkin agar tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien.
2.      Bagi peserta didik, diharapkan mampu memahami pendekatan konstruktivisme yang di terapkan oleh peserta didik.
3.      Bagi calon pendidik, diharapkan memberikan pembelajaran pada calon pendidik agar mereka mampu menerapkan pendekatan konstruktivisme dalam proses mengajar setelah menjadi pendidik.


















.

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri.Manusia menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka.Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang sesuai (Suparno, 2008:28).
Secara sederhana, konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu.Konstruktivisme mempengruhi banyak studi tentang salah pengertian (misconceptions) dan pengertian alternative dalam bidang sains dan matematika.
Dapatlah dirumuskan secara keseluruhannya pengertian atau maksud pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusatkan kepada siswa. Guru berperan sebagai penghubung yang membantu siswa membina pengetahuan dan menyelesaikan masalah. Guru berperan sebagai pereka bentuk bahan pembelajaran yang menyediakan peluang kepada siswa untuk membina pengetahuan baru. Pengetahuan yang dimiliki siswa adalah hasil daripada aktivitas yang dilakukan oleh siswa tersebut dan bukannya pembelajaran yang diterima secara pasif.

B.     Prinsip-prinsip Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Suparno (1997:73) prinsip-prinsip konstruktivisme, yaitu :
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
2.      Tekanan dalam proses pembelajaran terletak pada siswa
3.      Mengajar adalah proses membantu siswa
4.      Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir
5.      Kurikulum menekan pada orientasi siswa
6.      Guru adalah fasilitator

C.    Ciri-ciri Pendekatan Konstruktivisme
 Menurut Suparno (1997:61) ciri-ciri konstruktivisme, yaitu:
1.      Belajar berarti membentuk makna.
2.      Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
3.      Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih sebagai perkembangan pemikiran dengan membuat pegertian baru.
4.      Proses belajar yang sebenanya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
5.      Hasil dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungan.
6.      Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar.
        
D.    Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme
Langkah-langkah dalam pengelolaan pembelajaran yang konstruktivistis akan di lihat dari tiga sisi yakni; persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:
1.      Sebelum guru mengajar (Tahap persiapan)
·         Mempersiapkan bahan yang mau di ajarkan;
·         Mempersiapkan alat-alat peraga atau praktikum yang akan digunakan;
·         Mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa aktif belajar;
·         Mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa;
·         Mempelajari pengetahuan awal siswa;
2.      Selama proses pembelajaran (tahap pelaksanaan):
·         Mengajak siswa aktif belajar;
·         Siswa dibiarkan bertanya;
·         Menggunakan metode ilmiah dalam proses penemuan sehingga siswa merasa menemukan sendiri pengetahuan mereka;
·         Mengikuti pikiran dan gagasan siswa;
·         Menggunakan variasi metode pembelajaran;
·         Kunjungan ke tempat pengembangan bidang studi di luar sekolah;
·         Mengadakan praktikum terpimpin maupun bebas;
·         Tidak mencerca siswa yang berpendapat salah atau lain;
·         Menerima jawaban alternative dari siswa;
·         Kesalahan konsep siswa di tunjukan dengan arif;
·         Menyediakan data anomaly untuk menantang siswa berpikir;
·         Siswa diberi waktu berpikir dan merumuskan gagasan mereka;
·         Siswa diberi kesempatan mengungkapkan pikirannya;
·         Siswa diberi kesempatan untuk mencari pendekatan dengan caranya sendiri dalam belajar dan menemukan sesuatu;
·         Evaluasi yang kontinu dengan segala prosesnya.
3.      Sesudah proses pembelajaran (tahap evaluasi)
·         Guru memberi pekerjaan rumah, mengumpulkannya, dan mengoreksinya.
·         Memberikan tugas lain untuk pendalaman;
·         Tes yang membuat siswa berpikir, bukan hafalan.
Dalam pengembangan pembelajaran seperti ini, maka sikap yang perlu dimiliki oleh guru, yaitu:
·         Siswa tidak di anggap seperti tabula rasa, tetapi subyek yang sudah tahu sesuatu;
·         Model kelas: siswa aktif, guru menyertai;
·         Bila ditanya dan siswa tidak bisa menjawab, guru tidak perlu marah dan mencerca;
·         Menyediakan ruang Tanya jawab dan diskusi;
·         Guru dan siswa saling belajar;
·         Yang penting bukan bahan selesai, tetapi siswa belajar untuk belajar sendiri;
·         Memberikan ruang siswa untuk boleh salah;
·         Hubungan guru dan siswa yang dialogal;
·         Pengetahuan yang luas dan mendalam; serta
·         Mengerti konteks bahan yang mau di ajarkan.

E.     Metode Pembelajaran Konstruktivisme
Setiap metode pembelajaran yang membantu siswa melakukan kegiatan dan akhirnya dapat mengkonstruksi pengetahuan yang mereka pelajari dengan baik, dapat dikatakan sebagi metode yang aktif dan konstruktivistik.Namun demikian, dapat pula di telusuri beberapa metode yang cukup efektif dalam mengaktifkan siswa dan membantu dalam pengkonstruksian di atas.Salah satu di antaranya adalah metode penemuan dengan penekanan pada kerangka berpikir metode ilmiah.
Dalam penerapan metode penemuan, siswa dilatih untuk terbiasa melakukan pengamatan, membuat hipotesis, memunculkan prediksi, mengambarguji hipotesis, memanipulasi objek untuk melihat perubahannya, memecahkan persoalan, mencarai jawaban sendiri, menggambarkan kejadian, meneliti, berdialog, melakukan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, dan mengekspresikan gagasan selama proses pembentukan konstruksi pengetahuan yang baru.

F.     Media Pembelajaran Konstruktivisme
Berbagai  bentuk  media  perlu  dimanfaatkan  untuk  mengakomodasi  perbedaan karakteristik pebelajar, yang lebih kuat dalam visual, auditif, atau kinestetik.
a.       Modul atau buku pelajaran merupakanbahan  ajar  yang  baik  akan  menyediakan  petunjuk  bagi  pembelajar  tentang bagaimana  cara  belajar.  Isinya  memberitahukan  tentang  cara-cara  menggunakan bahan ajar itu secara tepat
b.      Media  Presentasi  ( Power  Point/flash ), media  pembelajaran  berbasis  komputer  ini dapat  digunakan  secara  intensif  dalam  model  pembelajaran  yang  berdasarkan konstruktivisme.

G.    Kompetensi yang Dikembangkan dalam Pembelajaran Konstruktivisme
Disamping kompetensi disiplin (discipline-based competencies), pembelajaran konstruktivisme juga mengembangkan kompetensi interpersonal (interpersonal competencies) dan kompetensi intra personal (intrapersonal competencies) dalam diri pebelajar.Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan pemantapan konsep, prinsip, teori dan hukum dalam disiplin ilmu masing-masing. Kompetensi interpersonal mencakup kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku, sopan dan baik menangani konflik, bekerja sama, membantu orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain kompetensi intrapersonal mencakup apresiasi terhadap keanekaragaman, melakukan ferleksi diri, disiplin, beretos kerja tinggi, membiasakan diri hidup sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan mempunyai motivasi intrinsic. Keempat lingkaran itu saling bersinggungan bagian tepinya sehingga manakala lingkaran pembelajaran menggelinding ketiga lingkaran lainnya akan ikut menggelinding.

H.    Strategi Pembelajaran Konstruktivisme
1.      Langsung (Tatap Muka)
Secara umum tatap muka terdiri dari tiga bagian, yaitu:
§  Pendahuluan : Memberikan “orientasi” dan “penggalian ide” untuk menegtahui prakonsepsi pebelajar.
§  Inti : Merupakan bagian terbesar pembelajaran, digunakan untuk memfasilitasi “restrukturisasi ide” mengarah ke perbaikan konsep, pembelajar menilai apakah ide-ide itu sudah mendekati konsep ilmiah yang sesungguhnya. Selanjutnya memberi kesempatan kepada pebelajar untuk “mengaplikasikan ide-ide” yang baru dipelajari untuk memecahkan berbagai masalah. Pemantapan pebelajar atas ide-ide itu sebenarnya baru, namun akan mantap setelah digunakan untuk memecahkan masalah.
§  Penutup : Melakukan “review perubahan ide” untuk membandingkan ide yang telah dipelajari dengan ide awalyang muncul saat penggalian ide.
2.      Tidak Langsung (Non Tatap Muka)
Dalam pebelajaran non tatap muka “restrukturisasi ide” dan “aplikasi ide” dapat terus difasilitasi; bedanya proses pembelajaran pebelajar, tanpa pengawasan pembelajar. Tugasnya bisa bersifat terstruktur (sesuai dengan perencanaan pembelajar), dapat juga mandiri (sesuai dengan minat masing-masing pebelajar).

I.       Evaluasi Pembelajaran Konstruktivisme
Evaluasi terhadap pembelajaran konstruktivisme meliputi evalausi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif menekankan pada proses, dan tujuannya lebih kepada perbaikan mutu pembelajaran, sedangkan evaluasi sumatif menekankan pada hasil. Untuk evaluasi formatif asesmen perlu dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan berikut ini:
a)      Diskusi kelas
b)      Kegiatan kelompok kecil di kelas atau di lapangan tigas terstruktur, pekerjaan rumah
c)      Kegiatan mandiri (proyek)
d)     Praktikum evaluasi sumatif mengukur pencapaian pebelajar setelah menyelasaikan suatu mata pelajaran
Aspek untuk evaluasi formatif mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap.Pengukurannya bisa dilakukan dengan tes tertulis maupun tes perbuatan. Evaluasi terhadap kegiatan praktikum sebenarnya tidak semata-mata menekankan pada proses, melainkan juga hasil. Laporan praktikum adalah suatu hasil. Asesmen terhadap laporan praktikum dapat dilakukan secara komprehensif mencakup hal-hal berikut ini :
a)      Kejelasan isi
b)      Kebenaran teori
c)      Presentasi hasil
d)     Penampakan keseluruhan
Koreksi terhadap laporan praktikum dan tugas seringkali menjadi pekerjaan yang sangat berat bagi pembelajar.Struktur masing-masing laporan cukup kompleks dan perhitungannya sangat rumit.Dengan jumlah pebelajar sekitar 40 orang tiap kelas hampir tidak mungkin bagi pembelajar memeriksa secara teliti. Untuk tugas yang bersifat homogen, sama untuk semua pebelajar, berbagai alternatif disarankan diantaranya yaitu:
§  Cukup lakukan koreksi terhadap satu kelompok, yang lain akan belajar dari kesalahan-kesalahan kelompok itu, yang sudah dikoreksi oleh pembelajar.
§  Melakukan sampling terhadap laporan-laporan praktikum atau PR yang masuk. Mislanya satu tiap empat laporan atau PR.
§  Menggunakan peer dan self assessinent
Nilai akhir dari hasil belajar pebelajar adalah gabungan dari berbagai nilai yang diperoleh.Komposisinya disepakati bersama pada awal pembelajaran.

J.      Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konstruktivisme
1.      Kelebihan Pembelajaran Konstruktivisme
a.       Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
b.      pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
c.       pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
d.      pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
e.       pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
f.       pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
2.      Kekurangan Pembelajaran Konstruktivisme
a.       Karena siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuwan, hal ini mengakibatkan terjadinya miskonsepsi.
b.      Membutuhkan waktu yang lama, dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu.
2.      Pembelajaran yang konstruktivistis akan di lihat dari tiga sisi yakni; persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.
3.      Konstruktivisme berfokus pada: bagaimana orang menyusun arti, baik dari arti sudut pandang mereka sendiri, maupun dari interaksi dengan orang lain. Dengan kata lain, individu-individu membangun struktur kognitif mereka sendiri, persis seperti mereka menginterpretasikan pengalaman-pengalamannya pada situasi tertentu.
B.     Saran
Sebaiknya dalam proses pembelajaran kita sebagai calon pendidik harus lebih peka terhadap anak didik, kita juga harus memberikan pengarahan agar peserta didik mampu mengembangkan pemikirannyaagar mereka bisa memahami dan mengerti materi pembelajaran berdasarkan bentukan pemikiran mereka sendiri sesuai dengan kenyataan.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar